Everything Everywhere All at Once (2022) bercerita tentang perempuan paruh baya yang mesti menghadapi banyak masalah. Evelyn Wang (Michelle Yeoh) mesti menghadapi usaha laundry-nya yang di ambang kegagalan dan bermasalah dengan kantor pajak, suaminya yang menggugat cerai, ayahnya yang toxic, dan anaknya yang menuntut untuk dipahami. Ketika sedang di kantor pajak untuk memperbaiki laporannya, Evelyn masuk ke semesta lain. Di sana, Evelyn diberitahu oleh Alpha Waymond (Ke Huy Quan), versi lain dari suaminya, bahwa ia adalah satu-satunya orang yang dapat menyelamatkan semua semesta – yang terdiri dari banyak semesta paralel – dari kehancuran yang disebabkan Jobu Tupaki (Stephanie Hsu). Seorang penjahat besar yang mampu melihat semua semesta dan menyebar kekacauan.
Menampilkan banyak semesta yang paralel, apakah Everything adalah film tentang multiverse. Jika dicermati, Everything bukan film tentang multiverse. Kita bisa mengesampingkan multiverse-nya, atau tidak mengerti tentangnya, dan tetap menangkap pesan yang ingin disampaikannya. Hal ini bukan interpretasi semata, melainkan memang intensi dari pembuatnya (Dan Kwan dan Daniel Scheinert). Ada detail-detail yang ditampilkan untuk menunjukkan film ini terutama bukan tentang multiverse, atau dapat dilihat dari perspektif lain.
Contohnya dalam scene di kantor pajak. Saat Evelyn masuk ke semesta lain dengan mengikuti petunjuk yang diberikan Alpha Waymond, Evelyn yang di kantor pajak melakukan hal-hal aneh. Yang perlu dicermati, Alpha Waymond menuliskan petunjuk tersebut di kertas gugatan cerai Waymond yang suami Evelyn. Dilihat dari satu sudut, Evelyn berkelakuan aneh karena masuk ke semesta lain, tetapi dilihat dari sudut yang lain, bisa juga Evelyn mengalami histeria karena setelah menerima tekanan hidup dari berbagai penjuru kini mengetahui ia juga digugat cerai oleh suaminya.
Mudah ditangkap, pesan yang ingin disampaikan Everything dengan kisah multiverse itu sayangnya truisme, ajaran bijak yang sudah disampaikan lagi dan lagi, tentang pentingnya keluarga – mencakup penerimaan dan pengorbanan – dalam mengatasi pelbagai persoalan hidup. Di sini, Everything sekadar mengingatkan kebijaksanaan lama yang sudah diterima secara umum. Multiverse memang everything, everywhere, all at once, tetapi untuk kebaruan pesannya nothing, nowhere, (it’s just an old saying) all over again.
If everything matters, then nothing matters
Namun demikian, ada yang menarik dari bagaimana multiverse digunakan dalam Everything. Dalam film ini, multiverse digunakan sebagai penghiburan. Hal ini dikatakan secara eksplisit oleh Alpha Waymond. Ia berkata kepada Evelyn, “You have so many goals you never finished, dreams you never followed. You’re living your worst you.” (Kamu punya banyak tujuan yang tidak diselesaikan, banyak impian yang tidak diikuti. Kamu adalah (versi) kamu yang terburuk). Yang dilanjutkan, “Every failure here branched off into success for another Evelyn in another life…
(Setiap kegagalan di sini bercabang menjadi kesuksesan bagi Evelyn lain di semesta lain… Tapi kamu, yang di sini, kamu dapat melakukan apa saja (justru) karena kamu buruk dalam segala hal).
Dalam teori multiverse, semua versi kita – termasuk kita yang mengambil jalan hidup berbeda – itu nyata ada, di semesta yang lain. Contohnya, anda pernah berada dalam dua pilihan, antara menjadi pemain bola, atau pekerja kantoran. Ketika anda memilih menjadi pekerja, ternyata anda hanya menjalani hidup yang biasa-biasa saja, tidak sesuai harapan, dan karenanya merasa gagal. Anda kemudian memikirkan pilihan yang telah dibuat dengan sesal, mungkin jika dulu memilih menjadi pemain bola, menjadi pemain yang sukses. Dalam multiverse, anda yang menjadi pemain bola itu bukan sekadar kemungkinan dalam pikiran, melainkan benar-benar ada, tetapi adanya di semesta lain.
Film lain biasanya menggunakan multiverse untuk memperbaiki keadaan. Si tokoh diceritakan dapat melihat dirinya yang mengambil pilihan lain dalam hidup, kemudian kembali ke waktu ia memilih – misalnya dengan mesin waktu – dan memilih pilihan yang lebih baik. Kembali ke contoh di atas. Anda yang menjadi karyawan medioker itu dapat melihat versi anda yang menjadi pemain bola, kemudian kembali ke masa lalu untuk memilih menjadi pemain bola, dan menjalani hidup sebagai pemain bola yang sukses.
Namun dalam Everything, multiverse tidak digunakan seperti itu. Multiverse digunakan sebagai penghiburan, dengan membuka kesadaran, anda yang apa adanya ini penting. Menurut film ini, yang mengasumsikan multiverse itu ada, anda yang medioker atau gagal tidak perlu bersedih, karena anda yang sukses dengan menempuh jalan hidup lain itu nyata ada, bukan sekadar penyesalan dalam pikiran. Selanjutnya, anda yang medioker atau gagal jalanilah hidup dengan bahagia, karena anda penting. Anda yang sukses, di semesta lain, itu ada karena kegagalan anda di semesta ini. Juga, lakukanlah apa yang ingin anda lakukan, karena – di dalam multiverse – semua pilihan itu nyata, tidak ada pilihan yang lebih baik atau lebih buruk. Seperti dikatakan Evelyn di akhir film,
(Kita bisa melakukan apapun yang ingin kita lakukan. (Karena toh jika semuanya nyata, maka) Tidak ada (pilihan) yang lebih penting). Kembali ke contoh. Anda yang menjadi karyawan medioker tidak perlu menyesali atau mengubah pilihan anda. Berbahagialah, karena anda ini penting. Anda yang menjadi pemain bola sukses itu ada – di semesta lain – karena anda memilih menjadi karyawan.