Mungkin anda pernah menonton film atau seri tentang penjelajahan waktu, khususnya yang menceritakan perjalanan ke masa lalu untuk memperbaiki suatu keadaan. Jika kita perhatikan, film seperti ini ada dua versi.
Pertama, versi sederhana. Dalam versi ini, si tokoh pergi ke masa lalu, kemudian memperbaiki sesuatu. Setelah kembali ke masa depan, sesuatu yang diperbaiki itu sudah berubah, tetapi hal lain tetap sama. Contohnya, si tokoh mempunyai teman yang meninggal karena kecelakaan. Ia pergi ke masa lalu untuk mencegah kecelakaan itu terjadi. Ketika kembali ke masa depan, temannya itu hidup karena kecelakaannya berhasil dicegah, tetapi hal lainnya tidak berubah, tetap sama seperti sebelum si tokoh pergi ke masa lalu.
Kedua, versi kompleks. Dalam versi ini, si tokoh pergi ke masa lalu, kemudian memperbaiki sesuatu. Setelah kembali ke masa depan, sesuatu yang diperbaiki itu sudah berubah, dan hal-hal lain juga berubah. Menggunakan contoh sebelumnya, ketika kembali ke masa depan, teman si tokoh itu hidup karena kecelakaannya berhasil dicegah. Tidak hanya itu, hal lain – baik yang tampak berhubungan dengan hidupnya si teman maupun yang tidak – juga berubah. Misalnya, si teman hidup, dan keluarganya jatuh miskin, karena si teman yang hidup itu menghabiskan harta keluarganya. Lebih jauh lagi, si teman tidak hanya hidup, namun perdana menteri di negara lain yang sebelumnya Amir kini menjadi Budi.
Tentang Versi yang Kompleks
Dalam film-film masa kini, versi kedualah yang banyak diceritakan. Salah satunya adalah film The Flash (2023). Di film ini, The Flash memutuskan pergi ke masa lalu untuk mengubah hal buruk yang terjadi dalam hidupnya, yakni ibunya yang terbunuh, dan bapaknya yang dituduh melakukan pembunuhan itu. The Flash ingin mencegah pembunuhan itu. Namun setelah sampai di masa depan dari masa lalu yang telah diubah itu, The Flash menemukan perubahan yang dilakukan terhadap hidupnya itu juga mengubah dunia secara drastis. Ibunya memang hidup, bapaknya pun tidak dituduh melakukan pembunuhan. Akan tetapi Batman juga tidak lagi memberantas kejahatan, Superman justru meninggal ketika masih bayi, sedangkan Justice League, kelompok superheroes di mana ia menjadi anggotanya pun tidak terbentuk. Hal yang paling parah, dunia di mana ibunya hidup juga akan binasa.
Mengapa versi perjalanan waktu yang kedua lebih banyak diceritakan? Ini karena versi tersebut lebih sesuai dengan kenyataan yang kita alami, yakni bahwa suatu hal itu tidak terpisah dan berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan. Segala sesuatu saling terhubung. Dengan demikian, mengubah suatu hal tidak hanya mengubah hal itu saja, melainkan mengubah juga hal-hal lainnya.
Dalam contoh selain film The Flash di atas misalnya, ada keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anak. Dalam keluarga itu, si istri mengalami KDRT oleh si suami. Agar si perempuan tidak mengalami kekerasan tersebut, kita pergi ke masa lalu untuk mencegah pernikahan mereka berdua. Jika kita berhasil, mereka tidak menikah, dan si perempuan tidak mengalami kekerasan domestik. Namun keterhubungan peristiwa tidak berhenti sampai di situ, karena kita meniadakan pernikahannya, kita pun meniadakan anak-anak mereka, sebagai buah dari pernikahan itu.
Persoalan dari Versi yang Kompleks
Persoalannya, dalam versi kompleks tersebut sering diceritakan, seperti dalam The Flash, bahwa mengubah masa lalu akan membuat masa depan jadi lebih buruk dari yang semula. Sehingga mengubah masa lalu adalah sebuah kesalahan dan jangan dilakukan.
Benarkah demikian? Jika dipikirkan benar-benar, apa yang kita lakukan saat ini adalah upaya untuk mengubah masa lalu.
Contohnya: Taruhlah saat ini kita masih sekolah, jika kita diam saja, tidak belajar, membiarkan waktu berjalan, maka di masa depan kita akan tidak lulus. Nah, dengan belajar di saat ini, kita sebenarnya sedang mengubah masa lalu dari masa depan di mana kita tidak lulus. Kita berusaha menghindari masa depan itu, dan menciptakan masa depan lain di mana kita lulus sekolah.
Bila rangkaian peristiwa dari contoh di atas dilanjutkan, misalnya dengan suatu cara, kita dapat mengetahui bahwa dalam masa depan di mana kita tidak lulus, Amerika mempunyai presiden yang hebat. Sedangkan di masa depan di mana kita lulus, Amerika mempunyai presiden yang payah. Apakah kita bersalah, jika memilih belajar agar di masa depan kita lulus sekolah?
Mengubah Masa Lalu: Salah atau Tidak?
Menurut saya, kita tidak salah. Jika kita memilih untuk belajar agar memiliki masa depan yang lebih baik, yaitu lulus sekolah. Meski itu artinya kita mengorbankan rakyat Amerika. Alasannya ada di ‘kesalingterhubungan segala sesuatu’ yang menjadi asumsi versi kedua itu. Dapat diterima, dalam kesalingterhubungan segala sesuatu, kelulusan kita berhubungan – seperti efek domino – dengan tidak jadinya Amerika mempunyai presiden yang hebat. Namun, kelulusan kita itu bukan satu-satunya hal yang terjadi di dunia, ada sangat banyak hal yang terjadi di dunia. Dari sangat banyak hal itu, banyak yang lebih berhubungan langsung dengan jadi atau tidaknya suatu bangsa memiliki pemimpin yang hebat, daripada orang dari bangsa lain lulus sekolahnya. Jadi, dalam bahasa cerita penjelajahan waktu, kita boleh mengubah masa lalu, karena kita tidak bertanggung jawab sepenuhnya atas akibat-akibat yang mungkin terjadi.
Setelah melihat versi kedua dengan perspektif di atas, kita bisa curiga atas cerita penjelajahan waktu yang mengandung pesan moral, “Jangan mengubah masa lalu, karena yang ada sekarang ini adalah keadaan terbaik yang mungkin, meski keadaanmu sendiri tidak baik”. Jangan-jangan pesan yang terus diulang itu adalah semacam buaian agar kita tidak melakukan perubahan, meski untuk diri sendiri, dan menerima apa yang ada sekarang sebagai keadaan terbaik.
Apa keadaan masa lampau yang ingin kamu ubah?