Sebelumnya sudah diutarakan hal-hal yang menarik dari Squid Game (2021) sebagai sebuah seri, saya sekarang ingin membicarakan satu bagian yang menarik dari seri itu. Bagian yang menarik itu adalah, kelemahan Seong Gi-hun (Lee Jung-jae) sang protagonis, gila judi.
Sejak awal seri sudah diceritakan hidup Gi-hun berkutat soal judi, taruhan, dan masalah yang dibawanya. Ia ikut judi pacuan kuda, menggunakan uang yang diambil dari ibunya. Kemudian, ia dikejar-kejar penagih, karena memiliki hutang yang besar. Kemungkinan ia menggunakan uangnya untuk berjudi juga. Selanjutnya, ia bukannya membeli hadiah untuk anaknya yang berulang tahun, dengan uang pemberian ibunya, malah menggunakannya untuk bermain permainan mengambil hadiah menggunakan capit, yang lagi-lagi berbau judi. Setelah mengalami hari yang buruk, ia masih mau diajak taruhan oleh orang yang tak dikenalnya. Hal yang membawanya ke permainan Squid Game.
Di akhir seri, setelah melalui rangkaian permainan yang taruhannya nyawa, tidak kapok, Gi-hun masih mau diajak taruhan, kali ini oleh si kakek pemain nomor 001. Tidak selesai sampai di situ, setelah memanfaatkan uang hadiah permainan untuk berbagai keperluan, ia tidak jadi menjemput anaknya dan hidup bersamanya, sesuai rencana awal. Ia malah tampak mau ikut Squid Game lagi, atau membongkar penyelenggaraan permainan itu. Yang berarti, ia mempertaruhkan kebahagiaannya dan anaknya. Seri ini pun berakhir.
Jika Squid Game berakhir di sini, tidak ada musim-musim berikutnya, ending-nya cukup memuaskan. Pertama, karena seri ini memberi ending gantung, yang terbuka untuk interpretasi. Gi-hun selanjutnya mau melakukan apa, mau ikut Squid Game lagi, mau menyetop penyelenggaraan permainan itu, terserah penonton saja. Kedua, karena ending ini memberi kompleksitas pada tokoh utama yang relatif sederhana. Tokoh yang pada dasarnya baik, menjunjung kemanusiaan di atas segalanya, ternyata memiliki kegilaan akan judi. Kegilaan yang membuat si tokoh mempertaruhkan, jangankan kemanusiaan secara umum, bahkan kebahagiaan dirinya dan anaknya sendiri. Hal ini akan menjadikan Gi-hun seperti tokoh-tokoh kepahlawanan klasik dengan kelemahan fatal, seperti Yudistira dan permainan dadunya dalam epos Mahabharata, atau Achilles dan tumitnya dalam mitologi Yunani.
Seperti permainan Squid Game yang akan terus diselenggarakan selama masih ada orang kaya yang mau membayar untuk menikmatinya, demikian pula seri Squid Game akan terus dilanjutkan selama masih banyak orang mau berlangganan Netflix untuk menontonnya. Rencana musim kedua pun sudah diumumkan. Kita nantikan saja, apakah musim-musim berikutnya membuat Squid Game lebih bagus, atau justru merusaknya. Kalau hanya untuk mengejar keuntungan sih biasanya yang kedua.